di sana aku melihat pemandangan yang benar-benar menenangkan hati.
di sana terdapat hamparan dedauanan yang masih terdapat embun.
selain itu, suasana di sana adalah suasana favoritku.
dingin dan sejuk.
dan aku tersadar. bahwa aku mengenakan pakaian yang bukan milikku.
aku mengenakan jaket berwarna cokelat tua.
sejenak aku berfikir.
sepertinya aku mengenal jaket ini milik siapa.
dan ya, dugaan ku benar.
ini jaket miliknya...... milik Abi tepatnya.
aku terdiam.
dan langsung segera ku lepas jaket itu.
tiba-tiba ada seorang pria menghampiri ku.
terkejut aku.....
dan dia berkata "kok di lepas jaketnya? kan dingin."
"ABI? kok kamu bisa ada di sini? bukannya kamu udah......? jawab ku panik.
dia menjawab "aku di sini hanya untuk sesaat Lun."
"udah kamu jangan panik gitu dong hehe." katanya.
"tapi aku heran aja. kenapa kamu bisa ada di sini." balas ku
dia menjawab "ih kamu bawel banget sih Lun. nanya mulu. sekarang aku yang tanya aja ya hehe. kenapa kamu sedih, Lun?"
sampai akhirnya aku bercerita banyak pada dirinya.
semua cerita yang sudah lama ku simpan, aku keluarkan saat itu juga.
aku menangis padanya.
aku mengadu padanya.
dan aku mengeluh padanya.
tak bisa ku bohongi perasaan ku.
setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya aku dan Abi dipertemukan dalam satu tempat.
sampai akhirnya terdengar suara pintu diketuk.
Ibu membangunkan ku dari tidur ku yang lelap.
"Luna, bangun sayang. nanti kamu telat ke sekolah." kata Ibu pada ku.
"loh bu, kok Luna ada di kamar sih? terus Abi mana?" jawab ku dengan cepat.
"ih kamu gimana sih. kan emang dari semalem kamu di kamar. Abi? kamu masih ke ingat sama dia? padahal kan Abi sudah meninggal sejak dua tahun yang lalu, sayang." kata ibu.
"jadi daritadi Luna cuma mimpi, bu?" jawab ku murung.
dan ternyata itu hanya mimpi.
mungkin mimpi ku yang tertunda.
yaaa, mimpi bertemu Abi.
seorang pria yang sudah lama berada di sampingku setiap saat.
seorang pria yang selalu dan kapanpun mendengarkan ceritaku.
tetapi dirinya harus pergi ke surga.
padahal dirinya sangat suka melihat tingkah ku ketika aku sedan bercerita.
baginya, aku wanita yang bersifat dewasa.
walau terkadang kekanak-kanakan.
tapi itu dulu.
sebelum dia masih nyata di dalam hidup ku.
Bi, jadilah nyata untuk diriku.
walau hanya sesaat.
aku merindukan mu. sekarang, dan mudah-mudahan sampai nanti.